Friday, January 30, 2015

Simbol Majelis Sulthon Auliya


Bunga Mawar pada hakekatnya adalah sebuah sosok bunga yang banyak mengajarkan dan  memberi pelajaran dalam kehidupan manusia, yang pada hakekatnya manusia tidak akan pernah mendapatkan kesempurnaan dalam kehidupan di dunia ini dan tidak akan kekal abadi selamanya. Karena sesungguhnya kesempurnaan itu semata-mata hanya milik Tuhan.

Mawar adalah bunga yang di pandang sebagai suatu bahasa simbol dari hidup dan kehidupan yang lebih bersifat rohaniah dari pada bersifat lahiriah. Di dalam filosofis simbolisme dan mistikisme sosok Mawar yang memiliki sifat yang total dan mendalam, hal tersebut banyak di ungkapkan dengan lambang, bisa berupa cerita, perumpamaan, warna, rupa dan lain sebagainya.

Kami selaku Pengasuh Majelis Sultan Aulia menjadikan dan mengadopsi Bunga Mawar sebagai nama dan simbol karena bunga mawar memiliki arti dan makna yang sangat luas dan sangat mendalam. Dan sesungguhnya  apa arti dan makna dibalik rahasia sebenarnya …?  

Mawar adalah bunga yang indah rupanya, bermacam-macam warnanya ada merah Tua, Merah Muda, Hitam dan ada pula yang Putih, semuanya menawan hati. Begitu pula bentuknya yang bulat/bundar berkelopak-kelopak sangat menarik perhatian. Karena itulah dalam dunia sastra Bunga Mawar menjadi simbol kecantikan dan sering kali gadis yang mempersona diibaratkan sebagai Bunga Mawar.  

Firman Allah Swt. Di dalam Kitab Suci Al’Quran menyatakan : “ Faa’ijan saq’qotis samaa’u faka’nat wardhatan kad’dihaani ”  Artinya : Maka apabila langit telah terbelah maka ia menjadi Mawar merah seperti kilauan minyak ". ( QS Ar-Rahman Ayat : 37 ).

Dalam dunia Sufi. Mawar pun menjadi suatu simbol paling tidak dilingkungan Tarekat Sufi yang mula-mula berkembang di Bagdad yang mengambil Mawar sebagai simbol. namun bagi kaum Qodiriyah,  Mawar di jadikan simbol bukan karena harum baunya dan indah rupanya. 
  
Akan tetapi karena berkaitan dengan peristiwa yang dialami oleh Sulthon Aulia Syekh Abdul Qodir A-Jailani pendiri tarekat Qodiriyah tersebut. Dan Qodiriyah adalah dua nama yang tidak akan terpisahkan karena nama Qodiriyah diambil dari namanya Abdul Qodir, yang artinya : pengikut Syekh Abdul Qodir Al-Jailani. 

Sebenarnya yang memberi nama bukanlah beliau sendiri melainkan para pengikut dan murid-muridnya, untuk membedakan dengan penganut Tarekat yang lain, karena memang selain Tarekat Qodiriyah banyak juga tarekat-tarekat yang lain yang sudah lama berkembang saat itu.

Nama sebenarnya beliau adalah Syekh Abdul Qodir Al-Kilaniy/Al-Jailani pembangun Tarekat Qodiriyah. Istilah “ Jailani ” yang artinya “ Telah Tajalli Allah kepadaku ” sedang mencantumkan gelar “ Al-Kilaniy ” adalah menunjukkan tempat kelahiran beliau didesa Kilani yang berada di wilayah Iraq.

Tarekat juga dapat diartikan “ Organisasi ” karena didalam Tarekat tersebut ada Struktur kepemimpinan dan aturan yang mengikat sesama anggota, begitu pula didalam lingkungan Tarekat Qodiriyah ada aturan yang harus dipatuhi, dan aturan itu mengatur hubungan antara sesama saudara seperguruan dan hubungan antara Murid dengan sang Guru.  

Aturan tersebut sama sekali tidaklah di rasakan berat, karena ada hubungan emosional yang sangat kuat di antara jamaah, apa pun yang diperintahkan guru pasti dengan senang hati dilaksanakan dan di kerjakan oleh para murid, disetiap Pesantren, Perguruan, Padepokan, Paguyuban, Majelis atau suatu Perusahan, dll, memiliki suatu makna simbol tersendiri, begitu juga dengan ( Majelis Sulthon Aulia )  yang mengambil dan mengadopsi simbol nama Mawar tersebut.  

Adapun yang bersangkut paut dengan dengan Bunga Mawar adalah peristiwa yang dialami oleh Sulthan Aulia Syekh Abdul Qodir A-Jailani pendiri Tarekat Qodiriyah tersebut. 

Syekh Syihabuddin Umar Suhrawardi salah satu tokoh Tarekat Qodiriyah menceritakan “ Bahwa pada suatu hari Syekh Abdul Qodir Al-Jailani berangkat meninggalkan kampung halamannya menuju Bagdad, Kota yang saat itu menjadi pusat kebudayaan Islam pada waktu itu. 

Perjalanan ini bukan perjalanan biasa, akan suatu tetapi perjalanan yang sangat istimewa, beliau pergi untuk meningkatkan tingkat derajat kerohanian.  Dalam perjalanan itu beliau dibimbing oleh Nabi Khoidir As, sebagai pemimpin ruhani. 

Nabi Khaidir As adalah seorang sosok yang pernah mengajari beberapa Nabi dan Wali seperti : Nabi Musa As, dan menjumpai Sufi terkemuka seperti Ibrahim bin Adham, Malik bin Dinar, Sufyan Ats Tsauri, Abu Yazid Al Bustami dan lain-lainnya “.

Sesampainya ditempat tujuan Syekh Abdul Qodir Al-Jailani disambut oleh seorang tokoh Syekh bernama Ali Al-Wahidi Al-Qodiri, Syekh tersebut menyodorkan sebuah cawan berisi air. Hal ini bertanda atau sebuah bahasa isyarat bahwa Bagdad sudah dipenuhi orang-orang suci, sehingga tidak ada tempat bagi yang lain, juga bagi Syekh Abdul Qodir Al-Jailani.  

Isyarah itu di jawab oleh Syekh Abdul Qodir Al-Jailani dengan meletakkan sekutum Bunga Mawar di atas cawan berisi air tersebut, yang artinya Bagdad masih menyisahkan tempat bagi dirinya. Melihat hal demikian itu semua yang hadir serentak berkata  ‘’ Syekh adalah Mawar kami ’’.   Dan dikemudian hari para murid-murid beliau mengambil Mawar sebagai simbol mereka, selama beberapa generasi dan simbol tersebut  di pertahankan secara turun temurun hingga sekarang.

STRUKTUR MAWAR

1. Mawar terdiri dari lingkaran putih, helai daun, paduan warna dengan 7 kelopak bunga, semua itu mengandung makna tersendiri.

2 . Lingkaran putih terdiri dari luar dan dalam antara lain : A . Bagian luar : Terdiri atas Syariat dan Tarekat, adapun Syariat melambangkan perbuatan atau ucapan. sedang Tarekat melambangkan hati atau suatu amalan.  

B . Bagian dalam : Terdiri atas Hakekat dan Marifat, adapun Hakekat melambangkan nyawa atau penglihatan ruhani terhadap Tuhan, sedangkan Marifat itu rahasia atau kenyataan yang sebenarnya, Hakekat tidak akan dapat di pisahkan kecuali oleh orang yang memiliki Marifat.

3 . lima helai daun itu melambangkan lima keutamaan bagi kaum muslim yaitu : Syahadat, Sholat,   Puasa, Zakat dan ibadah haji.

4 . Enam helai daun melambangkan enam karakter keimanan yaitu : Percaya kepada Allah swt. Percaya kepada Malaikat, Percaya kepada Kitab, Percaya kepada Rasul-rasulnya, Percaya hari Kiamat, Percaya kepada Qadha dan Qhadar.

5 . Tujuh helai daun melambangkan melambangkan tujuh ayat Al-Quran, jadi seluruh helai daun berjumlah delapan belas mengandung arti bahwa Nabi Besar Muhammad SAW sebagai pembawa rahmat bagi delapan belas alam.

Dalam hadist Qudsi Allah berfirman : ( Laulakalaulaka ma kholaqtul as’ya’a ).  Dan artinya : “ Kalau bukan engkau, kalau bukan engkau ( Hai Muhammad ) Tidak kujadikan semua alam ” Muhammad adalah rahmat bagi alam semesta dan segala isinya. Rahmat selalu ada dimana-mana, waktu yang lalu, sekarang atau yang akan datang. Rahmat datang dari sifat Rahmaniyah dan Rahimiyah Allah swt. Sifat tidak terpisah dengan Zatnya.

6 . Selanjutnya warna yang ada pada Mawar itu mempunyai arti tersendiri seperti : Warna Kuning melambangkan Syariat, Warna Putih melambangkan Tarekat, Warna Hitam melambangkan Hakekat, dan Warna Merah melambangkan Marifat.

A . Adapun Syariat yang di Artikan “ Tata hukum ” Disadari bahwa dialam semesta ini tidak ada yang terlepas dari apa yang dinamakan “ Hukum ” termasuk untuk manusia sebagai makhluk sosial dan sebagai hamba Allah, perlu diatur dan ditata sehingga terciptalah keteraturan yang menyangkut hubungan antar manusia dan manusia dengan alam, serta manusia dengan Tuhannya.

B . Adapun Tarekat yang di Artikan “ Jalan ” Untuk mengetahui adanya suatu jalan, perlu juga mengetahui “ Cara ” untuk melintas jalan agar tujuan kita tidak salah langkah. Tujuan adalah kebenaran,  maka cara untuk melintas jalan harus dengan benar pula.

C . Adapun Hakekat yang di Artikan “ Kebenaran ” atau kenyataan asal yang sebenar-benarnyanya, kebenaran dalam hidup dan kehidupan inilah yang harus di cari dan ini pulalah yang di tuju manusia yang sebenarnya.

D . Adapun Marifat di Artikan “ Mengenal ” Siapa yang mengenal dirinya, sesungguhnya dia dapat mengenal Tuhannya. Diri ini penuh dengan serba ketergantungan, kekurangan, kelemahan, dibanding dengan Allah yang memiliki kebesaran, kekuasaan dan kekekalan serta memiliki sifat-sifat kesempurnaan.

E . Keempat bagian ini ( Syariat, Tarekat, Hakekat dan Marifat ) adalah sudah merupakan satu kesatuan yang tidak akan bisa dipisah-pisahkan masing-masing, apabila gugur atau lepas salah satunya berarti gugur lepas pula keseluruhannya.

7 . Sedangkan kelopak bunga itu terdiri dari tujuh helai yang melambangkan tujuh nama Tuhan, yang di ucapkan didalam berzikir.  

A . Pertama : lafad, la ilaha ilalloh dengan cahaya biru.  
B . Kedua :  lafad, Allah dengan cahaya kuning.
C . Ketiga : lafad, Hu dengan cahaya merah.
D . Keempat : lafad, Hayyu dengan cahaya putih.
E . Kelima : lafad, Wahid dengan cahaya hijau.
F . Keenam : lafad, Aziz dengan cahaya hitam.
G . Ketujuh : lafad, Wadud tanpa warna cahaya. 

Adapun ketujuh warna tersebut di atas melambangkan cahaya putih ( Allah ) dengan delapan belas gumpalan darah beku melambangkan huruf Hijaiyah dalam kata ( Hayyu ). Huruf ( Ha ) nilainya angka 8 sedang huruf ( Ya ) nilainya angka 10,  jadi jumlahnya 18.
  
Di tengah-tengah Bunga Mawar tersebut terdapat Cincin Nabi Sulaiman As, kalimat Sulaiman terdiri dari 5 huruf Hijaiyah yaitu : Sin, Lam, Ya, Mim, dan Nun. ( Huruf Sin artinya : Terbebas dari kelemahan. Huruf Lam artinya : Cenderung akan kehalusan. Huruf Ya artinya : Kekuatan visi spiritual. Huruf Mim artinya : Keakraban dengan sahabat. Huruf Nun artinya : Doa dan salam hanya bagi milik Allah semata-mata )