Bunga Mawar pada hakekatnya adalah
sebuah sosok bunga yang banyak mengajarkan dan memberi pelajaran dalam
kehidupan manusia, yang pada hakekatnya manusia tidak akan pernah mendapatkan
kesempurnaan dalam kehidupan di dunia ini dan tidak akan kekal abadi selamanya.
Karena sesungguhnya kesempurnaan itu semata-mata hanya milik Tuhan.
Mawar adalah bunga yang di pandang
sebagai suatu bahasa simbol dari hidup dan kehidupan yang lebih bersifat
rohaniah dari pada bersifat lahiriah. Di dalam filosofis simbolisme dan
mistikisme sosok Mawar yang memiliki sifat yang total dan mendalam, hal
tersebut banyak di ungkapkan dengan lambang, bisa berupa cerita, perumpamaan,
warna, rupa dan lain sebagainya.
Kami selaku Pengasuh Majelis Sultan Aulia menjadikan
dan mengadopsi Bunga Mawar sebagai nama dan simbol karena bunga mawar memiliki
arti dan makna yang sangat luas dan sangat mendalam. Dan sesungguhnya apa
arti dan makna dibalik rahasia sebenarnya …?
Mawar adalah bunga yang
indah rupanya, bermacam-macam warnanya ada merah Tua, Merah Muda, Hitam dan ada
pula yang Putih, semuanya menawan hati. Begitu pula bentuknya yang bulat/bundar
berkelopak-kelopak sangat menarik perhatian. Karena itulah dalam dunia sastra
Bunga Mawar menjadi simbol kecantikan dan sering kali gadis yang mempersona
diibaratkan sebagai Bunga Mawar.
Firman Allah Swt. Di dalam
Kitab Suci Al’Quran menyatakan : “ Faa’ijan saq’qotis samaa’u faka’nat
wardhatan kad’dihaani ” Artinya : Maka apabila langit telah
terbelah maka ia menjadi Mawar merah seperti kilauan minyak ". ( QS
Ar-Rahman Ayat : 37 ).
Dalam dunia Sufi. Mawar
pun menjadi suatu simbol paling tidak dilingkungan Tarekat Sufi yang mula-mula
berkembang di Bagdad yang mengambil Mawar sebagai simbol. namun bagi kaum
Qodiriyah, Mawar di jadikan simbol bukan karena harum baunya dan indah
rupanya.
Akan tetapi karena
berkaitan dengan peristiwa yang dialami oleh Sulthon Aulia Syekh Abdul Qodir
A-Jailani pendiri tarekat Qodiriyah tersebut. Dan Qodiriyah adalah dua nama
yang tidak akan terpisahkan karena nama Qodiriyah diambil dari namanya Abdul
Qodir, yang artinya : pengikut Syekh Abdul Qodir Al-Jailani.
Sebenarnya yang memberi
nama bukanlah beliau sendiri melainkan para pengikut dan murid-muridnya, untuk
membedakan dengan penganut Tarekat yang lain, karena memang selain Tarekat
Qodiriyah banyak juga tarekat-tarekat yang lain yang sudah lama berkembang saat
itu.
Nama sebenarnya beliau
adalah Syekh Abdul Qodir Al-Kilaniy/Al-Jailani pembangun Tarekat Qodiriyah.
Istilah “ Jailani ” yang artinya “ Telah
Tajalli Allah kepadaku ” sedang mencantumkan gelar “ Al-Kilaniy ”
adalah menunjukkan tempat kelahiran beliau didesa Kilani yang berada di wilayah
Iraq.
Tarekat juga dapat
diartikan “ Organisasi ” karena
didalam Tarekat tersebut ada Struktur kepemimpinan dan aturan yang mengikat
sesama anggota, begitu pula didalam lingkungan Tarekat Qodiriyah ada aturan
yang harus dipatuhi, dan aturan itu mengatur hubungan antara sesama saudara
seperguruan dan hubungan antara Murid dengan sang Guru.
Aturan tersebut sama
sekali tidaklah di rasakan berat, karena ada hubungan emosional yang sangat
kuat di antara jamaah, apa pun yang diperintahkan guru pasti dengan senang hati
dilaksanakan dan di kerjakan oleh para murid, disetiap Pesantren, Perguruan,
Padepokan, Paguyuban, Majelis atau suatu Perusahan, dll, memiliki suatu makna
simbol tersendiri, begitu juga dengan ( Majelis Sulthon Aulia ) yang mengambil dan mengadopsi
simbol nama Mawar tersebut.
Adapun yang bersangkut
paut dengan dengan Bunga Mawar adalah peristiwa yang dialami oleh Sulthan Aulia
Syekh Abdul Qodir A-Jailani pendiri Tarekat Qodiriyah tersebut.
Syekh Syihabuddin Umar
Suhrawardi salah satu tokoh Tarekat Qodiriyah menceritakan “ Bahwa pada suatu
hari Syekh Abdul Qodir Al-Jailani berangkat meninggalkan kampung halamannya
menuju Bagdad, Kota yang saat itu menjadi pusat kebudayaan Islam pada waktu
itu.
Perjalanan ini bukan
perjalanan biasa, akan suatu tetapi perjalanan yang sangat istimewa, beliau
pergi untuk meningkatkan tingkat derajat kerohanian. Dalam perjalanan itu
beliau dibimbing oleh Nabi Khoidir As, sebagai pemimpin ruhani.
Nabi Khaidir As adalah
seorang sosok yang pernah mengajari beberapa Nabi dan Wali seperti : Nabi Musa
As, dan menjumpai Sufi terkemuka seperti Ibrahim bin Adham, Malik bin Dinar,
Sufyan Ats Tsauri, Abu Yazid Al Bustami dan lain-lainnya “.
Sesampainya ditempat
tujuan Syekh Abdul Qodir Al-Jailani disambut oleh seorang tokoh Syekh bernama
Ali Al-Wahidi Al-Qodiri, Syekh tersebut menyodorkan sebuah cawan berisi air.
Hal ini bertanda atau sebuah bahasa isyarat bahwa Bagdad sudah dipenuhi
orang-orang suci, sehingga tidak ada tempat bagi yang lain, juga bagi Syekh Abdul
Qodir Al-Jailani.
Isyarah itu di jawab oleh
Syekh Abdul Qodir Al-Jailani dengan meletakkan sekutum Bunga Mawar di atas
cawan berisi air tersebut, yang artinya Bagdad masih menyisahkan tempat bagi
dirinya. Melihat hal demikian itu semua yang hadir serentak berkata ‘’ Syekh adalah Mawar kami ’’.
Dan dikemudian hari para murid-murid beliau mengambil Mawar sebagai
simbol mereka, selama beberapa generasi dan simbol tersebut di
pertahankan secara turun temurun hingga sekarang.
STRUKTUR MAWAR
1. Mawar terdiri dari
lingkaran putih, helai daun, paduan warna dengan 7 kelopak bunga, semua itu
mengandung makna tersendiri.
2 . Lingkaran putih
terdiri dari luar dan dalam antara lain : A . Bagian luar : Terdiri atas
Syariat dan Tarekat, adapun Syariat melambangkan perbuatan atau ucapan. sedang
Tarekat melambangkan hati atau suatu amalan.
B . Bagian dalam : Terdiri
atas Hakekat dan Marifat, adapun Hakekat melambangkan nyawa atau penglihatan
ruhani terhadap Tuhan, sedangkan Marifat itu rahasia atau kenyataan yang sebenarnya,
Hakekat tidak akan dapat di pisahkan kecuali oleh orang yang memiliki Marifat.
3 . lima helai daun itu
melambangkan lima keutamaan bagi kaum muslim yaitu : Syahadat,
Sholat, Puasa, Zakat dan ibadah haji.
4 . Enam helai daun
melambangkan enam karakter keimanan yaitu : Percaya kepada Allah swt. Percaya
kepada Malaikat, Percaya kepada Kitab, Percaya kepada Rasul-rasulnya, Percaya
hari Kiamat, Percaya kepada Qadha dan Qhadar.
5 . Tujuh helai daun
melambangkan melambangkan tujuh ayat Al-Quran, jadi seluruh helai daun
berjumlah delapan belas mengandung arti bahwa Nabi Besar Muhammad SAW sebagai
pembawa rahmat bagi delapan belas alam.
Dalam hadist Qudsi Allah
berfirman : ( Laulakalaulaka ma
kholaqtul as’ya’a ). Dan artinya : “ Kalau bukan engkau, kalau
bukan engkau ( Hai Muhammad ) Tidak kujadikan semua alam ” Muhammad adalah
rahmat bagi alam semesta dan segala isinya. Rahmat selalu ada dimana-mana,
waktu yang lalu, sekarang atau yang akan datang. Rahmat datang dari sifat
Rahmaniyah dan Rahimiyah Allah swt. Sifat tidak terpisah dengan Zatnya.
6 . Selanjutnya warna yang
ada pada Mawar itu mempunyai arti tersendiri seperti : Warna Kuning
melambangkan Syariat, Warna Putih melambangkan Tarekat, Warna Hitam
melambangkan Hakekat, dan Warna Merah melambangkan Marifat.
A . Adapun Syariat yang di
Artikan “ Tata hukum ”
Disadari bahwa dialam semesta ini tidak ada yang terlepas dari apa yang
dinamakan “ Hukum ”
termasuk untuk manusia sebagai makhluk sosial dan sebagai hamba Allah, perlu
diatur dan ditata sehingga terciptalah keteraturan yang menyangkut hubungan
antar manusia dan manusia dengan alam, serta manusia dengan Tuhannya.
B . Adapun Tarekat yang di
Artikan “ Jalan ”
Untuk mengetahui adanya suatu jalan, perlu juga mengetahui “ Cara ” untuk
melintas jalan agar tujuan kita tidak salah langkah. Tujuan adalah
kebenaran, maka cara untuk melintas jalan harus dengan benar pula.
C . Adapun Hakekat yang di
Artikan “ Kebenaran ”
atau kenyataan asal yang sebenar-benarnyanya, kebenaran dalam hidup dan
kehidupan inilah yang harus di cari dan ini pulalah yang di tuju manusia yang
sebenarnya.
D . Adapun Marifat di
Artikan “ Mengenal ”
Siapa yang mengenal dirinya, sesungguhnya dia dapat mengenal Tuhannya. Diri ini
penuh dengan serba ketergantungan, kekurangan, kelemahan, dibanding dengan
Allah yang memiliki kebesaran, kekuasaan dan kekekalan serta memiliki
sifat-sifat kesempurnaan.
E . Keempat bagian ini ( Syariat, Tarekat, Hakekat dan Marifat )
adalah sudah merupakan satu kesatuan yang tidak akan bisa dipisah-pisahkan
masing-masing, apabila gugur atau lepas salah satunya berarti gugur lepas pula
keseluruhannya.
7 . Sedangkan kelopak
bunga itu terdiri dari tujuh helai yang melambangkan tujuh nama Tuhan, yang di
ucapkan didalam berzikir.
A . Pertama : lafad, la ilaha ilalloh dengan cahaya
biru.
B . Kedua :
lafad, Allah dengan
cahaya kuning.
C . Ketiga : lafad, Hu dengan cahaya merah.
D . Keempat : lafad, Hayyu dengan cahaya putih.
E . Kelima : lafad, Wahid dengan cahaya hijau.
F . Keenam : lafad, Aziz dengan cahaya hitam.
G . Ketujuh : lafad, Wadud tanpa warna cahaya.
Adapun ketujuh warna
tersebut di atas melambangkan cahaya putih ( Allah ) dengan delapan
belas gumpalan darah beku melambangkan huruf Hijaiyah dalam kata ( Hayyu ).
Huruf ( Ha ) nilainya angka 8 sedang huruf ( Ya ) nilainya angka 10, jadi
jumlahnya 18.
Di tengah-tengah Bunga
Mawar tersebut terdapat Cincin Nabi Sulaiman As, kalimat Sulaiman terdiri dari
5 huruf Hijaiyah yaitu : Sin, Lam, Ya, Mim, dan Nun. ( Huruf Sin artinya : Terbebas dari kelemahan. Huruf Lam
artinya : Cenderung akan
kehalusan. Huruf Ya artinya : Kekuatan visi spiritual. Huruf Mim artinya
: Keakraban dengan sahabat.
Huruf Nun artinya : Doa dan salam
hanya bagi milik Allah semata-mata )